Ini
kisah nyata Sulam, seorang penjual bubur, yang ingin memberangkatkan
emaknya pergi haji. Orang lain, termasuk istrinya, mengingatkan Sulam,
haji itu bagi yang mampu. Sementara penghasilan tukang bubur itu paling
buat makan sehari-hari. Jadi, dari mana uang untuk berangkat haji.
”Insya Allah, Mak. Sulam mohon doa Emak. Kalau doa Emak makbul, Emak
pasti naik haji,” janji Sulam.
Didorong
keinginan yang kuat untuk memberangkatkan haji Emaknya, Sulam bekerja
keras. Tidak lupa, ia menyisihkan sebagian penghasilan di bank. Melihat
keinginannya pergi haji, seorang temannya menempel nama Bubur Ayam H.
Sulam di gerobaknya. Sulam pun bersedekah, termasuk memberi makan bubur
kepada anak-anak yang tinggal di rumah yatim. Kepada pengurus yayasan
rumah yatim, Sulam dan keluarganya minta didoakan pergi haji.
Seperti
biasa, Sulam menyetor uang ke bank. Ketika sampai di bank, petugas
memberitahukan bahwa Sulam menjadi pemenang sedan mewah. Karena Sulam
bengong, si petugas mengatakan sedannya bisa dijual dan dapat digunakan
untuk pergi haji. ”Berapa orang?” tanya Sulam. ”Satu RT”.
Pulang
ke rumah, Emak dan istri Sulam bingung dan khawatir karena Sulam
seperti orang linglung. ”Maafin Emak kalau keinginan Emak membuat Sulam
jadi tidak waras.” Ketika sadar, Sulam mengatakan ia bersama emak,
istri, teman, dan pengurus rumah yatim diajak pergi haji. Kali ini,
gantian si Emak yang pingsan.
Kalau
kita punya masalah, kalau kita punya keinginan, maka tidak ada satu pun
yang bisa menolong kita, kecuali Allah. Termasuk keinginan Emak si
tukang bubur dan keinginan tukang bubur. Tidak ada yang bisa menolak,
kecuali Allah. Dan apa yang terjadi kalau Allah sudah berkenan menolong
seseorang? Allah akan mengatur dari langit, sehingga sesuatu yang
menurut orang tidak mungkin terjadi, malah terjadi.
Tentu si tukang bubur dan ibunya mendapat keberkahan dari Allah. Sebenarnya bukan tanpa sebab, tapi ada amal-amal yang mereka lakukan, yang kemudian membuat Allah mengeluarkan putusan terbaik buat mereka. Si Ibu punya niat yang sangat kuat, rindu untuk berkunjung ke Baitullah, mencium Hajar Aswad, dan menyempurnakan rukun Islam. Kemudian si anak mahabah kepada orang tua, ingin menyenangkan orang tuanya, lalu dia berusaha dan menabung sebisa dia.
Si
tukang bubur percaya seseorang yang berniat baik, Allah akan
menyempurnakannya. Kedua, dia berniat menabung untuk ibunya yang
ber¬niat haji dan Allah kemudian menyempurnakannya. Ketiga, ia
bersedekah karena sedekah bisa menghantarkan seseorang mencapai
keinginannya. Allah yang mengatur segalanya dari langit. Kalau Allah
berkata ”kun (jadi), fayakun” (maka terjadilah).
Inspirasi kisah diceritakan oleh KH Yusuf Mansur, Pengasuh Pesantren Tahfidz Daarul Qur'an